first
Jatuh Cinta
By: Haniva R.J.
Kurang dua
hari lagi buah dari kerja keras Gwen selama 3 tahun di SMA akan diumumkan.
Perasaan tak tentu dan jantung yang selalu berdebar kencang tiap kali menatap
kembali buku-buku pelajaran selalu membuat Gwen seolah kehabisan nafas. Agak
lebay memang, tapi mengingat dirinya adalah siswi yang sangat brutal semasa SMA
membuatnya merasa tak yakin akan puas memperoleh hasilnya. Tapi, apapun
hasilnya itu Gwen tahu bahwa Tuhan akan dan selalu memberi yang terbaik
untuknya.
Puncak kegalauan Gwen semakin
menjadi. Setelah menerima hasil UAN yang telah dilaksanakannya, Gwen bingung
akan melanjutkan kemana dengan hasil yang pas-pasan ini. Namun lagi-lagi Tuhan memang yang paling
tahu, dengan modal nekat Gwen berhasil diterima disebuah Universitas negeri di
Bandung. Mengambil jurusan yang sudah menjadi passionnya sejak kecil, Gwen
yakin dia tidak akan gagal kali ini seperti tahun-tahun di SMA.
3
hari pelaksanaan ospek yang menjadi momok bagi mahasiswa baru kini telah
terselesaikan. Gwen punya banyak teman yang diperolehnya ketika dan setelah
pelaksanaan ospek, salah satunya adalah Zaskia, yang paling akrab dengannya.
Meskipun berbeda agama, mereka terlihat sangat akrab layaknya saudara kandung
yang terpisahkan selama bertahun-tahun. Nyuambung banget, kalau udah ngobrol,
lupa segalanya. Zaskia cantik, dia pintar, baik, walaupun sedikit gila. Kalo
udah ngomong sekata aja, udah bisa bikin semua yang denger pada ketawa. Karena
bahasa dan cara ngomongnya itu loh. Ya… Zaskia paling jago kalau disuruh meniru
logat dan bahasa budaya orang lain, Jawa, Sunda, Madura, Tegal, Manado,
se-Indonesia Raya deh. Bentuk mukanya yang oval, ditambah performanya yang
selalu berkerudung ,Zaskia terlihat semakin manis. Meski agak gila, Zaskia
muslimah sejati lho. Pondasi agamanya kuat, imannya tebal, cocok banget jadi Bu
Nyai. Semua itu gak lepas dari ajaran-ajaran abinya yang menjadi Kyai di salah
satu pesantren di Jakarta.
Suatu
hari, saat Zaskia melangkahkan kaki ketika akan sholat Asyar di masjid sekitar
kampus, Gwen meneriakkan namanya.
“Zaskiaaaaaaaaaa!!!!!!!!!”.
Zaskia
tersentak hebat denger teriakan Gwen, karena bibirnya yang asik mendendangkan
lagu-lagu islami kecintaannya. Langkahnya langsung terhenti, seketika itu ia
langsung menoleh kesumber suara.
“Gwen!.
Kenapa ?”,tanyanya ke Gwen.
“Kagak
apa-apa, Cuma mau tanya, lu mau kemana ?”.
“Oh…ke
masjid, gue mau sholat, mau ikut?”. Dengan polos Zaskia tanya begitu ke Gwen yang
beragama Kristen. Disangkanya Gwen seagama dengannya. Gwen menghampiri Zaskia.
“Boleh
deh, kebetulan gue lagi nganggur. Habis itu ikut gua cari makan yak, gua laper
nih,”pintanya.
“Oke
deh saiyaaaang”.
Gwen
mringis,”hihi… lebay lu”.
_Sesampai
di masjid_
“Yuk,
masuk,”ajak Zaskia.
“Kagak
ah, gue tunggu diluar aja,”jawab Gwen.
“Loh
kenapa ?, katanya tadi mau ikut, ayo sholat”.
“Zas,
gue Kristen”, jelas Gwen.
“Ow,
hihi…kagak ngomong dari tadi sih lu.”
“Bukannya
gue udah pernah ngomong ya ke elu?”.
“Iya
ya ?? --‘ tau ah, gelap. Yaudah gue sholat dulu yak.”
“haha…oke.oke,
gue tunggu sini ya.”
“Sip”.
_seusai
sholat asyar_
“Yuk
makan”,ajak Zaskia sembari memasukkan mukenahnya kedalam tas mungil.
“Ayuk”,jawab
Gwen.
_di
kantin, pas makan_
“Islam,
ribet ya Zas”,Gwen membuka percakapan.
“Kata
siapa ?”,respon Zaskia.
“Kata
gue barusan”.
“J… lu nya aja yang gak tau, Islam itu indah tau”.
“Ribet
lah, sholat aja sehari 5 kali, buang-buang waktu banget gitu”.
“Asal
lu tau ya Gwen, sholat itu menyehatkan, karena secara gak langsung kita itu
sama aja kayak lagi olahraga”.
“Iya
sih, gue pernah baca tentang itu di sebuah artikel, tapi tetep aja ribet, gak
boleh ini gak boleh itu, terlalu banyak larangan”.
“Whatever”,balas
zaskia dengan ekspresi yang tidak mengenakkan. “Tapi, by the way nih Gwen, lu
ngapain buka-buka artikel tentang Islam?”,tanya Zaskia heran.
“Kenapa
? salah ? suka-suka gue dong”,balas Gwen dengan respon menyebalkan.
“Ya
Kagak. Aneh aja gitu, orang agama lu Kristen, ngapain coba buka artikel
Islam?”.
“Gue
cuma mau memperbanyak pengetahuan aja”.
“Terus
kenapa lu bisa beranggapan bahwa Islam itu ribet, kalau lu udah tau banyak
tentang Islam”.
“Gue
kan Cuma beranggapan, justru itu, karena gue tau banyak tentang Islam, eh…ga
banyak sih, sebagian. Gue tanyain langsung ke orang Islamnya”.
“Kalau
pengen tau jawabannya, kenapa lu gak pindah agama ke Islam aja ?”.
“Hah?...
lu gila, segampang itu emang pindah agama ?”.
“Tau…gue
belum berpengalaman”.
“Sialan
lu”. “Katanya bokap lu ustadz, kenapa lu gak tanyain ke dia aja ?”,pinta Gwen.
“Emang
lu minat pindah agama ke Islam”.
“Kali
aja”.
“Serius?”.
“Kagak
:P”.
“Resek
lu ah, ya deh kapan-kapan gue tanyain. Balik yuk”,ajak Zaskia.
“Kemana
?”.
“Ke
hatimu J. Udah tau ke kelas, pakek
nanya lagi”.
“Ah…Zaskia
J”.
_di
perjalanan menuju kelas_
“Sumpah
Zas, itu Kak Ben ?”, kata Gwen ketika bertemu dengan sang pujaan hati.
“Udah
ah, biasa aja, kagak usah norak gitu”.
“Udah
biasa kali ini”.
“Samperin
gih, kalau emang lu suka, berani gak ?”,tantang Zaskia.
“Gila
lu, gue cuma bisa melototin aja”.
“Dari
pada cuma melototin doang, sampe mata lu copot juga, kak Ben kagak bakal
nglirik lu. Buruan, samperin sana!”.
“Kagak
ah”,kata Gwen sambil senyum-senyum sendiri kayak orang baru gila.
Tanpa disangka, Kak Ben
menghampiri mereka berdua yang keliatan banget kalo mereka lagi memperhatikan
dia.
“Hai Zas”,sapa Kak Ben.
“Hai”,balas Zaskia. Begitu saja,
lalu Ben melanjutkan langkahnya sambil tersenyum kecil.
Gak terima dikacangin sama Kak
Ben, Gwen masang muka kesel ke Zaskia.
“Kenapa Cuma elu coba yang disapa
sama dia ? gak liat apa, gue kan juga disini”,ucapnya kesel.
“Ye, mana gue tau”,jawab Zaskia
sembari melangkahkan kakinya meninggalkan Gwen yang lagi galau.
*****
Sesampainya dirumah, Gwen
langsung merebahkan tubuhnya di atas
sprei warna biru yang membalut kasur empuk didalam ruang pribadinya itu. Gwen
kepikiran soal perdebatannya dengan Zaskia tadi. Bukan soal kak Ben, tapi
masalah pindah agama. Gwen tertarik untuk pindah agama ke Islam. Tapi dia takut
membicarakan hal itu dengan orang tuanya. Gwen memanfaatkan pertemanannya
dengan Zaskia untuk memperdalam pengetahuan tentang ajaran Muhammad saw. Dalam
keingintahuannya tersebut Gwen masih belum sadar bahwa ia telah jatuh hati pada
sebuah pedoman hidup yang mampu menggoyahkan keyakinan awalnya. Sebuah ajaran
yang mengajarkan bagaimana jatuh cinta yang baik terhadap apapun. Hakekatnya
semua agama mengajarkan kedamaian antar umat beragama, namun Islam lebih dari
sekedar itu. Ia mengajarkan pula kecintaan demi persatuan umat. Dan masih banyak
lagi yang special di balik Islam dan hal-hal tak terduga lain yang belum terungkap
darinya.
Semakin hari, semakin tak terasa
bahwa tali pertemanan antara Gwen dan Zaskia semakin erat. Semakin sering
bertukar pikiran, semakin banyak pengetahuan. Dan tentang Kak Ben, perasaan
Gwen sudah mulai luntur tertutup kabut cinta akan Islam. Ketika cinta menemui
cinta, saat itu pula Gwen bertemu dengan keturunan Adam yang mampu memperkuat
kecintaannya terhadap Islam. Ya,,, Muhammad namanya. Biasa di panggil Ahmad. Satu
kampus dengan Gwen. Mereka bertemu ketika Gwen ikut Zaskia menghadiri rapat
anggota organisasi Islam yang ada di kampusnya.
Ahmad tampan. Wajahnya cerah,
bercahaya seperti bintang. Mungkin karena terlalu sering wudlu. Dia arif, tegas
tapi lembut. Penyabar, dan paling ngerti akan anak buah yang dipimpinnya di
organisasi Islamnya. Kini, Gwen dan Ahmad semakin akrab saja. Tegangan-tegangan
rasa yang mengalirkan elemen-elemen cinta
diantara keduanya ketika pertama kali berjabat tangan masih terasa hingga sekarang.
Terbukti apabila bertemu, mereka masih malu-malu. “Takut kesetrum lagi”,kata
Gwen. Akan tetapi, perlahan mereka mencoba mengaburkan rasa malu-malu itu. Gwen
yang selalu kepo bertanya banyak hal
tentang Islam ke Ahmad. Ahmad dengan penuh keikhlasan dan kesabaran menjawab
semua pertanyaan Gwen yang begitu merepotkan.
Seiring berjalannya waktu,
bibit-bibit cinta yang mengalir itu kini mulai tumbuh. Namun Ahmad berprinsip
bahwa ia tidak akan menikah dengan perempuan yang tak sekeyakinan dengannya. Apadaya,
Gwen bukanlah wanita yang sepedoman dengannya.
Kecintaan Gwen akan Islam
semakin memuncak. Ia tak mampu lagi menahan. Hingga akhirnya, Gwen coba
mengungkapkannya pada mama dan papanya.
“Nggak salah ngomong kamu Gwen ?
ngigo ya kamu ?”,tanya mamanya shok.
“Enggak Ma. Aku udah yakin
banget. Aku pengen banget masuk Islam Ma, Pa “,jawab Gwen.
“Ini semua bukan karena kamu
jatuh cinta pada pemuda muslim itu kan ?”,ganti papanya yang tanya.
“Sama sekali enggak Pa. sebelum
aku jatuh cinta sama Ahmad, aku udah jatuh cinta duluan sama Islam”,Gwen
meyakinkan kembali.
“Apa yang buat kamu hingga
beralih keyakinan begini sih Gwen ?”,tanya mamanya lagi.
“Islam itu unik Ma. Beda sama
yang lain.”
“Ya bedanya apa ? toh sama saja
kan, sama-sama menyembah Tuhan”,papanya berusaha meyakinkannya.
“Iya sih, tapi banyak hal yang
aku temukan di Islam yang aku gak jumpai di agama-agama lain. Aku gak bisa
mendeskripsikan yang jelas Islam itu special. Aku udah banyak merenung, Ma, Pa.
aku yakin banget kalau keputusan yang aku pilih ini bener.”
“Oke, kalau kamu beranggapan
bahwa keputusan yang kamu pilih ini sudah benar. Papa mau ngasih kamu pilihan
biar kamu lebih yakin bahwa keputusan yang kamu pilih ini benar-benar
benar”,tegas papa Gwen.
“Maksud Papa ? “,tanya Gwen
belum faham.
“To the point aja. Kamu pilih
Papa sama Mama atau Islammu itu ?”.
“Maksud Papa apa sih ? Gwen
nggak ngerti Pa. Papa nggak mau ngakuin Gwen sebagai anak Papa kalau Gwen lebih
milih Islam, gitu ?”.
“Iya”.
“Pa, come on. Aku udah dewasa.
Aku udah nemuin jati diri aku Pa.”
“Dengan cara pindah agama ke
Islam ?”.
“Pa,….” Belum selesai ngomong…
“Kamu mikir gak sih Gwen. Apa
kata eyangmu nanti kalau papa sama mama ngizinin kamu pindah agama?”, papa Gwen
udah mulai emosi.
“Aku udah mempertimbangkan
resikonya Pa”.
“Oke, terserah kamu. Kalau ada
apa-apa jangan pernah panggil nama Papa atau Mama. Kalau kamu memang sudah
menemukan jatidiri kamu, kenapa kamu gak berusaha untuk hidup mandiri aja. Papa
gak mau berurusan sama eyang.”
“Maksud Papa ? Papa ngusir Gwen
? Oke. Oke kalau gitu Pa, Ma. Gwen akan tunjukin ke Papa sama Mama kalau Gwen
gak salah pilih, dan sekarang juga Gwen akan tunjukin ke kalian kalau Gwen bisa
hidup mandiri”,jawab Gwen dengan air mata menetes.
Sesegera mungkin Gwen membereskan
barang-barangnya dan kemudian melangkah pergi keluar dari pintu rumahnya.
Karena ini sudah malam, Gwen akan bermalam dulu di kosan Zaskia. Tok…tok…tok,
terdengar ketukan pintu dari luar kamar Zaskia. Ketika pintu kamar terbuka,
ketika itu pula Zaskia melihat sahabatnya dengan mata sembab dan barang bawaan
yang begitu banyak memohon agar diperbolehkan menginap di kosannya semalam
saja.
“Pintu kamar kosan ini akan
selalu terbuka untukmu kawan,”kata Zaskia sambil memeluk sahabatnya yang sedang
bersedih itu. “Yuk, masuk dulu yuk, ini mau hujan, ceritakan di dalam
saja”,katanya.
Senyuman kecil tersirat di wajah
Gwen. Meski begitu, paling tidak ada tempat untuknya bersandar dalam situasi
yang menyesakkan ini.
“Ceritakan dari awal sama gue
Gwen”,pintanya sembari menyodorkan minuman.
Gwen menceritakan semua yang
terjadi pada Zaskia.
“Sabar Gwen, gue ngerti banget
keadaan lu sekarang kayak apa. Tapi gue mau tanya sama lu. Lu yakin beneran mau
pindah agama ke Islam ? emangnya kenapa sama Kristen ?”.
“Gak apa-apa Zas, dari semenjak
gue SMP, pertama kalinya gue denger temen gue ngaji gue udah tertarik buat
kenal sama Islam, ditambah lagi kenal sama lu dan ketemu sama Ahmad. Gue yakin
banget Zas, gue gak salah ngambil keputusan.”
“Setiap
keputusan yang diambil pasti ada resikonya Gwen. Lu yang sabar ya. Kalau emang
lu serius pengen masuk Islam, gue bakal bantu, asalkan selesaikan dulu problem
lu sama nyokap bokap.”
“Tapi
gue diusir Zas. Gimana gue nyleseinnya ?”.
“Ya,
gimana pun caranya. Gue yakin banget, gak akan betah nyokap bokap lu pisah
lama-lama sama lu. Percaya deh”.
“Iya
sih, besok gue coba buat yakinin mereka lagi deh. Lu temenin gue ya Zas.”
“Pasti.
Gue akan selalu ada buat lu J”.
“Thanks
Zas”, sembari memeluk Zaskia.
*****
Butuh
perjuangan memang meyakinkan orangtua Gwen untuk mengizinkannya masuk Islam.
Hingga tak terhitung kalimat-kalimat yang merusak gendang telinga yang keluar
dari bibir sang nenek. Selain menguras tenaga, pikiran, kesabaran dan juga waktu
yang lumayan lama bagi orang yang sudah dimabuk asmara seperti Gwen tetap
sekalipun ia tak goyah dengan pendiriannya. Salut untuk Gwen. Zaskia yang terus
menemaninya dan tak henti menyemangatinya juga kena imbasnya. Dipikirnya,
Zaskia lah yang memengaruhi Gwen untuk pindah agama hingga ia berani membantah
kedua orangtuanya plus neneknya yang super duper galak. Tak hanya pesona Islam
yang membuat Gwen tetap bertahan tetapi juga pesona Ahmad sang pangeran muslim.
Kebayangkan betapa romantisnya Gwen yang menjadi mualaf dan mendalami Islam
dengan dibimbing oleh sang pujaan hati. subhanaallah, betapa indah kisah cinta
mereka berdua. Gak kebayang juga, kalau seandainya Gwen dan Ahmad menikah, dan
mereka dipanggil umi abi oleh anak-anak mereka kelak.
Dubrak…seketika
lamunan Gwen hancur saat Bima mengagetkannya dengan menarik tangan Gwen yang
menyangga kepalanya hingga kepalanya terantuk meja begitu kerasnya.
“Resek
lo Bim,”ucapnya kesal.
“Aduh…aduh…
sabar atuh Neng, baru juga gitu doang. Lagian nglamunin apaan sih, kok kayaknya
seru pisan ei,”mencoba menahan emosi Gwen.
“Yang
jelas bahagia gue di masa depan,”katanya ketus.
“Sama
kang Ahmad ya?,”tanya Bima menggoda.
“Kenapa
omongan lo jadi sunda gitu sih Bim, lo kan orang betawi?”
“Kagak
usah mengalihkan pembicaraan. Gue tau lagi, tuh orangnya ada disana tuh.”
“Terus
mau diapain ?”
“Sok
sok gak ngerti lagi nih anak. Samperin sana, kan lo lagi banyak masalah tuh,
minta pendapat sana, bukannya tuh orang psikolog banget.”
“Sok
tau,”ucap Gwen sambil meninggalkan Bima yang sengaja mengganggunya.
“ckckck…Gwen,Gwen,”desahnya.
“Bim
! “ sentak Zaskia mampu membuat Bima terjungkal dari posisi duduknya.
“Ahahaha,”seketika itu tawa Zaskia meledak.
“Ngagetin
aja Zas. Untung bawah rumput, kalo bukan siap masuk penjara gara-gara buat
orang gegar otak ?,”ucapnya kesal.
“Sori,sori.
Lebay lo. Lagian ngliatin Ahmad segitunya, khawatir gue sama lo Bim,”tawanya
masih belum juga berhenti. “Masih normal kan lo ?,”tanya berbisik
niat meledek.
“Apa
maksud lo ?,”si Bima makin emosi. “Ngapain sih lo kesini ? dateng-dateng
ngagetin pula, sekarang malah ngledek gue, mau ngajak berantem ? ayo !”
“Ih…atut,,
ampun,,ampun, gak lagi deh, sumpah lo suer,”Zaskia meledek lagi dan lagi.
“Nggak, gue mau tanya sama lo Bim, lo ngerti soal surat misterius yang gue
terima kemarin ?”
Bima
tak langsung menjawab, mempersiapkan alasan untuk pertanyaan Zaskia. Yup, Bima
tau persis tentang surat itu. Itu surat dari Ben dan Bima adalah orang terdekat
Ben yang seringkali membantu Ben mendapatkan gadis yang disukainya dan kini
Zaskia lah yang menjadi inceran Ben. Surat itu, rencana Bima untuk Ben
mendapatkan Zaskia. Zaskia memang tipe cewek yang suka banget sama yang namanya
misteri apalagi surprise.
“Emm,
kagak, kagak tau gue,”jawabnya.
“Jangan
bohong, kalau sampai lo ketauan bohong sama gue, gue cincang abis lo. Gak Cuma
itu, gue jamin hubungan lo sama Ratih gak akan lancar, gue bakalan bilang ke
Ratih semua rahasia lo,”ancamnya. Dari awal Zaskia sudah curiga bahwa surat itu
kerjaan Bima sama Ben.
“Jangan,
jangan, plis jangan rusak hubungan gue sama Ratih. Lo tau kan Zas betapa
susahnya dapetin dia,”ucapnya memelas.
“Makanya
lo bilang sama gue, yang sejujur-jujurnya.”
“Oke,oke,
jadi gini, tuh surat emang gue yang buat atas nama Ben untuk lo. Ben udah lama
naksir lo Zas, meskipun rencananya dia buat dapetin lo sering gagal karena dia
hargain perasaan Gwen sebagai sahabat lo yang suka sama dia. Karena akhir-akhir
ini dia denger gossip bahwa Gwen naksir si Ahmad, makanya dia berani deketin lo
Zas, dan seperti yang lo tau kalau gue selalu bantuin Ben buat dapetin cewek
incerannya,”jelas Bima.
“Oh
gitu. Berita kalau Ben playboy ? “ pertanyaan Zaskia yang ini bener-bener
ngasih petunjuk kalau dia juga sebenernya punya rasa yang sama dengan Ben.
“Itu
semua bohong Zas. Ben bukan playboy, sama sekali bukan.”
“Lo
ngomong kayak gitu bukan karena lo sohib an sama dia kan ?”
“Sumpah
samber gledek deh.”
“Kagak
usah sumpah sumpah, kalau kesamber beneran tau rasa lo. Ya ya, gue percaya sama
lo. Yaudah gue duluan kalau gitu.”
“Eh
Zas, tunggu dulu, gue mau nanya sama lo.”
“Apa
?”
“Kan
lo udah tau nih kalau Ben suka sama lo, nah kalau lo sendiri gimana Zas ? suka
juga gak sama dia ?”
“Kalau
yang itu, biar Ben sendiri aja yang tanya sama gue,”jawab Zaskia sembari
meninggalkan Bima.
*****
Sekian
lama menanti keputusan dari keluarga, kini akhirnya Gwen memperoleh apa yang
dia ingin.
“Islaaammmm,
say welcome to me !,”teriaknya mengumbar kebahagiaan ketika papanya
menyampaikan izinnya bahwa Gwen boleh masuk Islam.
Betapa
bahagia itu tersirat jelas diwajah manis Gwen. Burung kecil itu kini siap
memamerkan sayap barunya yang baru saja tumbuh.
Lampu
hijau untuk Gwen, lampu hijau pula untuk Ahmad. Semakin menyatulah dua sejoli
ini. Kemana-mana selalu barengan hingga menimbulkan kecemburuan bagi Zaskia
yang sering ditinggal sendirian. Kalau hati Ahmad dan Gwen perlahan melebur
menjadi satu sama halnya dengan Zaskia dan Ben. Sikap cuek Zaskia membuat Ben
semakin tak kenal putus asa untuk mendapatkan hatinya. Sebuah hubungan yang
didasari kecintaan terhadap Islam, selama itu Allah akan selalu membasahi kisah
kasih diantara keduanya dengan hujan rasa yang tak akan menemui kemarau, hingga
takkan terjadi kekeringan cinta di hati mereka masing-masing. Perbedaan
keyakinan dengan keluarga tak menyurutkan niat Gwen untuk tetap bakti kepada
mama papanya. Memang, lagi lagi Allah yang paling tau, dan sutradara yang
sangat hebat.
“I
love Islam, I love Allah, I love Muhammad dan I love Ahmadku, aku juga cinta
kalian Ma, Pa. Thanks Zas, thanks abinya Zaskia, thanks buat semua yang dukung
gue dengan hidup baru gue ini. Sekali lagi thank you so much ! “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar